Kontak Senjata di Yahukimo: TNI Tembak Mati Dua Anggota OPM Pimpinan Egianus Kogoya
Situasi keamanan di Papua kembali memanas setelah terjadi kontak senjata antara aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kelompok bersenjata yang diduga kuat merupakan bagian dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya. Dalam insiden yang berlangsung di wilayah Distrik Dekai, Yahukimo, dua anggota OPM dilaporkan tewas tertembak.
Operasi Keamanan yang Berujung Kontak Senjata
Kontak tembak bermula saat satuan TNI yang tengah melaksanakan patroli rutin di kawasan rawan gangguan keamanan mendeteksi pergerakan mencurigakan dari sekelompok orang bersenjata. Setelah dilakukan identifikasi dan peringatan, kelompok tersebut justru melepaskan tembakan ke arah aparat. TNI pun membalas tembakan hingga terjadi baku tembak selama beberapa menit.
“Dua orang anggota kelompok separatis berhasil dilumpuhkan. Keduanya membawa senjata api rakitan dan sejumlah amunisi,” ujar juru bicara Kodam XVII/Cenderawasih dalam keterangan resmi.
Bukti dan Barang Sitaan
Dari lokasi kejadian, TNI menyita sejumlah barang bukti, termasuk senjata api rakitan, dokumen yang mengaitkan keduanya dengan jaringan Egianus Kogoya, serta bendera Bintang Kejora yang kerap dijadikan simbol perjuangan kemerdekaan oleh OPM.
Selain itu, ditemukan pula peralatan komunikasi yang diduga digunakan untuk mengatur strategi penyerangan terhadap pos-pos TNI/Polri di wilayah pegunungan tengah Papua.
Latar Belakang Konflik dan Figur Egianus Kogoya
Egianus Kogoya merupakan salah satu pimpinan faksi bersenjata OPM yang paling dicari oleh aparat keamanan Indonesia. Kelompoknya dikenal aktif di wilayah Nduga, Yahukimo, dan sekitarnya. Ia terlibat dalam berbagai aksi penembakan, penyanderaan, hingga sabotase infrastruktur, termasuk serangan terhadap pekerja proyek pembangunan jalan dan bandara.
Pemerintah menyatakan bahwa kelompok ini tidak mewakili rakyat Papua secara umum, melainkan hanya bagian kecil yang masih mengedepankan kekerasan sebagai alat perjuangan.
Komitmen TNI Amankan Papua
TNI menegaskan bahwa operasi di wilayah Yahukimo dan sekitarnya akan terus dilanjutkan demi menjamin keselamatan masyarakat sipil serta mempersempit ruang gerak kelompok separatis. Dalam berbagai kesempatan, aparat keamanan juga menekankan bahwa pendekatan humanis dan dialog tetap menjadi prioritas, namun tindakan tegas tetap akan diambil terhadap pihak-pihak yang mengancam stabilitas nasional.
“Keamanan masyarakat adalah tanggung jawab kami. Seluruh tindakan yang kami lakukan mengacu pada prosedur hukum dan keselamatan publik,” tambah perwira TNI yang terlibat dalam operasi.
Reaksi Masyarakat dan Pemerintah Daerah
Sebagian warga Yahukimo menyambut baik kehadiran aparat keamanan, terutama untuk menjamin jalannya aktivitas sehari-hari seperti pendidikan dan distribusi logistik. Namun, ada juga suara kekhawatiran bahwa konflik bersenjata akan memicu rasa takut di kalangan masyarakat pedalaman.
Pemerintah daerah pun diimbau aktif memfasilitasi komunikasi antara aparat dan tokoh adat setempat guna mencegah disinformasi serta menjaga kepercayaan warga terhadap upaya penegakan hukum.
Insiden ini kembali menegaskan bahwa keamanan Papua masih menghadapi tantangan dari kelompok separatis bersenjata. Di tengah upaya pembangunan dan pendekatan damai, keberadaan kelompok radikal seperti faksi Egianus Kogoya menjadi ujian nyata bagi negara dalam menjaga integritas wilayah dan melindungi warga sipil dari ancaman kekerasan.