Jakarta Fair 2025 Dinilai Pramono sebagai Pusat Strategis Inovasi dan Keberlanjutan
Gelaran akbar Jakarta Fair 2025 resmi dibuka dengan semangat baru: inovasi dan keberlanjutan. Dalam sambutannya, Pramono, tokoh nasional sekaligus pengamat kebijakan publik, menilai ajang tahunan ini tak sekadar pameran dagang dan hiburan, melainkan telah bertransformasi menjadi pusat strategis untuk pengembangan inovasi berkelanjutan.
Lebih dari Sekadar Pesta Rakyat
Jakarta Fair, yang dahulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ), selama ini identik dengan festival belanja, wahana hiburan, dan pesta rakyat. Namun di edisi 2025 ini, penyelenggara menambahkan dimensi baru—mendorong peran aktif sektor industri, UMKM, dan startup dalam memamerkan solusi kreatif yang mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.
Pramono menyoroti perubahan ini sebagai langkah positif yang sesuai dengan tantangan zaman.
“Jakarta Fair bukan lagi hanya etalase produk konsumtif, tetapi mulai berfungsi sebagai laboratorium sosial dan ekonomi yang mempertemukan ide-ide hijau dengan peluang pasar,” ujar Pramono dalam diskusi pembukaan acara.
Inovasi Lokal yang Mendunia
Tahun ini, Jakarta Fair mengangkat tema “Inovasi untuk Masa Depan Berkelanjutan”, dan menghadirkan lebih dari 1.000 pelaku usaha, termasuk perusahaan teknologi ramah lingkungan, pengembang energi terbarukan, dan komunitas daur ulang kreatif. Beberapa inovasi menarik meliputi:
• Panel surya mini untuk rumah tangga karya startup lokal.
• Sistem irigasi pintar hemat air buatan mahasiswa teknik.
• Kain daur ulang dari limbah tekstil yang dikembangkan oleh komunitas perempuan urban.
Dengan keberagaman tersebut, Jakarta Fair dinilai menjadi jembatan antara inovator, pelaku bisnis, dan masyarakat luas untuk mengadopsi gaya hidup dan model ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Sinergi Pemerintah dan Swasta
Menurut Pramono, keberhasilan Jakarta Fair dalam mengusung isu keberlanjutan tak lepas dari kolaborasi lintas sektor. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turut mendorong hadirnya zona edukasi lingkungan, klinik digitalisasi UMKM, serta panggung diskusi tentang ekonomi sirkular.
Sementara itu, sektor swasta memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan komitmen ESG (Environmental, Social, Governance) mereka dalam skala nyata.
“Inilah bentuk nyata kemitraan strategis antara negara dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem inovasi yang inklusif,” tambah Pramono.
Harapan untuk Jakarta dan Indonesia
Jakarta Fair 2025 diharapkan dapat menjadi percontohan bagi kota-kota lain di Indonesia dalam memadukan budaya populer dengan isu-isu kritis masa depan seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan teknologi berkelanjutan.
Dengan daya tarik massal yang dimiliki, Jakarta Fair memiliki kekuatan untuk mengedukasi publik sambil tetap menghadirkan hiburan dan peluang ekonomi. Pramono menegaskan bahwa kota besar harus menjadi penggerak transformasi, bukan sekadar pusat konsumsi.
Transformasi Jakarta Fair menjadi ajang strategis bagi inovasi dan keberlanjutan menunjukkan arah baru dalam penyelenggaraan event berskala besar di Indonesia. Bila dimanfaatkan secara maksimal, bukan tak mungkin Jakarta Fair akan menjadi barometer inovasi nasional dan titik temu antara teknologi, ekonomi hijau, dan gaya hidup masa depan.